Minggu, 26 Maret 2017

Kamu Meminta, ShopBack Kabulkan

        Hai teman-teman. Pada postingan kali ini, kita akan sedikit banyak membahas tentang ShopBack ya. Jarang-jarang loh ada yang membahas tentang ini hehehe.. Selagi ada event kontes blog dari ShopBack nih teman-teman. Kuy, kita telusuri lebih jauh apa itu ShopBack dan kegunaan dari ShopBack itu sendiri.
    ShopBack merupakan situs dimana teman-teman bisa mencari dan mendapatkan penawaran serta diskon yang menarik dari sekitar 300 toko diberbagai link partner ShopBack, ditambah ada Cashback-nya loh. Jadi, ketika teman-teman berbelanja online melalui ShopBack, pihak ShopBack akan mengembalikan sebagian uang yang teman-teman bayar dalam bentuk Cashback yang dapat dicairkan ke rekening teman-temna dalam jangka waktu beberapa hari. Ini berarti teman-teman bisa berhemat loh dengan mendapatkan uang ekstra yang tak terbatas, setiap kali teman-teman belanja online melalui ShopBack.
      Oiya teman-teman, hampir kelupaan nih. Jika teman-teman berminat belanja online melalui ShopBack, teman-teman bisa mengunjungi situs ShopBack melalui https://www.shopback.co.id/ atau teman-teman dapat mendownload aplikasinya di Play Store (bagi pengguna Android) maupun App Store (bagi pengguna Apple).
       Nah, bagi teman-teman yang sering belanja online melalui Tokopedia, Shopee, Lazada dan sebagainya, di ShopBack juga menawarkan hal serupa loh. Ternyata ShopBack bekerjasama dengan berbagai link e-commerce yang ada di Indonesia. Nah, ini dia yang yang kita katakan dalam pengenalan tentang ShopBack di atas yakni link e-commerce partner ShopBack. Teman-teman dapat mengunjungi link partner tersebut dengan menambahkan nama situs partner tersebut loh. Contohnya, jika teman-teman ingin mengakses Tokopedia, teman-teman dapat mengetikkan https://www.shopback.co.id/tokopedia atau Lazada https://www.shopback.co.id/lazada. Disamping teman-teman bisa mendapat diskon yang besar dan promo yang menarik, dengan belanja online melalui ShopBack, teman-teman juga akan mendapatkan cashback yang tidak akan diberikan jika teman-teman langsung mengakses situs belanja online tanpa melalui situs ShopBack. Keren banget kan? Kita belanja bisa dapat cashback lagi wuihhhh…
      Nah, bagi teman-teman yang berminat, tapi bingung bagaimana cara menggunakan ShopBack, silahkan liat penjelasan dibawah ini ya.
1.  Buka www.shopback.co.id, lalu klik tombol log in atau sign up (bagi yang belum mendaftar di ShopBack)
2.     Setelah masuk ke situs ShopBack, pilih toko favorit teman-teman. Misalnya Lazada, Tokopedia, Shopee, Zalora atau lainnya
3.    Klik tombol Shop Now atau Belanja Sekarang, dan teman-teman akan diarahkan ke situs yang dituju
4.    Nah, setelah itu, teman-teman dapat berbelanja seperti biasanya di situs yang biasa teman-teman kunjungi
5.     Kemudian lakukan pembayaran barang yang dibeli
6.  Nah, cashback akan otomatis masuk kea kun teman-teman dalam waktu 48 jam dengan status “Tertunda”
7.   Status tersebut akan berubah menjadi “Bisa diklaim” setelah order divalidasi oleh pihak merchant (Lazada, Tokopedia dan lainnya). Nah perubahan ini memakan waktu yang cukup lama sekitar 30-60 hari, ini untuk memastikan tidak ada order yang ditukar atau dikembalikan
8.    Teman-teman dapat menarik cashback ke rekening setelah nilai cashback yang bisa diklaim minimum Rp 50.000,-
       Nah bagaimana teman-teman, cukup mudah bukan? Jika teman-teman masih bingung, teman-teman bisa mengunjungi https://www.youtube.com/watch?v=6TsrapgA2vs.
        
        Nah, sekarang kita masuk mengenai kontes blog dari ShopBack tersebut.

      Jadi inti dari kontes blog tersebut adalah kita membuat sebuah postingan mengenai barang impian kita, dengan maksimum harga Rp 1.000.000,-. Pemenang yang beruntung, akan mendapat satu dari sekian barang impiannya dari ShopBack. Wahh keren ya? Ya kan, ya kan, ya kan…
     Sebenarnya, ada beberapa barang-barang yang mau saya beli loh. Tapi berhubung terkendala dengan biaya, jadi masih diurungkan dahulu walaupun sebenarnya ngebet banget maunya.
1.      Harddisk External Hitachi Touro (1TB) - https://www.shopback.co.id/tokopedia
Sebenarnya, keinginan buat beli Harddisk ini udah lama banget. Tapi karena harganya yang lumayan mahal, jadinya yang ke beli cuma Flashdisk 16GB. File penyimpanan di laptop juga nggak besar, hanya 250GB. Data di laptop udah terlalu banyak, kebanyakan film, video, lagu, foto sama game sih hehehe.. eh file-file tugas kuliah juga banyak kok.
2.      Powerbank Remax (10000mAH) - https://www.shopback.co.id/tokopedia
Nah, keinginan untuk beli powerbank itu pertama kali hadir saat di kota Tanjungpinang kena badai mati listrik wkwkwk. Alhamdulillaah sekarang udah nggak lagi kok. Yah, paling tidak powerbank dibutuhkan saat berada di kampus seharian. Gak enak juga sih tiap di kampus seharian, berebut sama teman buat ngecas HP di kelas hahaha……
3.      Handphone Asus Zenfone GO (8GB, RAM 1GB) - https://www.shopback.co.id/lazada
Handphone ya? Di zaman sekarang siapa sih yang nggak butuh handphone? Saya aja butuh kok hehehe… Handphone saya ada 2 sih sebenarnya, Nokia 225 dan Sony Xperia ZR Docomo. Yang Nokia biasa digunain buat menghubungi orang tua. Nah, yang Sony ini buat keperluan kampus. Tapi, semenjak Sony ini layarnya cuma sebagian aja yang bisa disentuh, jadi agak susah juga buat ngetik-ngetik, kalau kata-kata yag mau diketik agak ribet terpaksa voice note, itupun handphonenya harus diputar-putar kiri-kanan dulu hahaha… Kalau disuruh beli handphone baru, lebih enak Sony atau Asus deh, daya baterainya besar sih, tapi kendalanya cepat panas aja. But, it’s recommended by me.
4.      Headphone/Mouse/Keyboard Gaming (Sades) - https://www.shopback.co.id/lazada
Kuy, ini nih yang paling anak gamer inginkan. Perlengkapan (equip) main gamenya hahaha… Memang harganya mahal-mahal sih, tapi kebanyakan anak gamer pasti selalu mengidamkan equip seperti ini. Sebenarnya mau sih punya equip begini, tapi lumayan juga harganya, satu equipnya aja bisa seharga lebih dari Rp 300.000,-. Jadi mesti mikir-mikir juga sih hehehe…

         Jadi, ini sekilas tentang ShopBack dan kontes blog yang diadakan oleh ShopBack. Cukup sampai disini dulu ya teman-teman.
         Dan satu kata terakhir, Saikou Ka Yo, kalian semua luar biasa…

Untuk Para Pejuang Pencari Ilmu

Kuy, balik lagi nih teman-teman seperjuangan. Gimana nih kabarnya semua? Alhamdulillaah, semoga selalu dalam limpahan rahmat, karunia dan kesehatan dari-Nya.
Kita flashback dulu nih tentang “apa yang menjadi tujuan kita dalam mencari ilmu?”
          Tujuan itu dapat saja berasal dari motivasi ataupun apa yang ingin kita raih. That’s right? Itu hanya pendapat saya loh, bukan pendapat ahli. Jadi intinya, yah kita belajar pasti karena ada sesuatu yan ingin dituju atau dicapai, bukan sekedar hanya belajar à masuk telinga kiri à keluar telinga kiri à pulang (kalau masuk telinga kiri à keluar telinga kanan, itu masih mending, soalnya ada yang lewat di otak hehehe…)
          Jadi, bagaimana menurut kamu? Apa tujuan kamu dalam belajar?
          Next, ada sebuah kata-kata mutiara nih. Ini pelajaran Mahfudzot kelas 1 TMI (kalau diderajatkan, sederajat kelas 1 SMP). Yuk, disimak ya…..
اُطْلُبِ العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلىَ اللَّحْدِ
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.”
          Eitts, arti yang diatas ini jangan disalahartikan ya. Tuntutlah ilmu disini maknanya belajar atau mencari ilmu, bukan menuntut masuk pengadilan.
          Jadi, maksud dari kata-kata mutiara diatas adalah dalam menuntut ilmu itu tidak kenal istilah batas usia. Yah, walaupun kenyataannya, banyak sekolah yang memakai batasan umur minimal-maksimal untuk masuk dan lulus dari jenjang-jenjang tersebut, mulai dari SD, SMP dan SMA, tidak terkecuali Perguruan Tinggi. Namun, penjelasan menuntut ilmu sangatlah luas, tidak hanya bisa dilakukan di sekolah ataupun kampus tapi dapat juga dilakukan dimanapun dan kapanpun, walaupun pada hakikatnya belajar juga tidak lepas dari peran sekolah dan guru.
          Kita pasti sering mendengar perkataan, “Belajarlah dari pengalaman”. Nah, disini dikatakan pengalaman bukan? Pengalaman yang bagaimana? Menurut saya sih, belajar dari pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman saat kita belajar di sekolah, pengalaman saat kita berada di masyarakat maupun pengalaman saat kita berada di suatu tempat dan kondisi.
          Next, ada satu lagi kata-kata mutiara bagi para pencari ilmu.
أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ
“Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas: Kecerdasan, Ketamakan (terhadap ilmu), Kesungguhan, Uang (biaya), Dekat dengan guru, dan Waktu yang lama.”
          Jadi, dalam belajar juga diperlukan ke-enam hal tersebut, tanpa melupakan apa yang menjadi tujuan kita sendiri.
          Dan satu pesan buat teman-teman semua, kalau kita susah dalam belajar suatu hal, yakinlah ada saatnya untuk kita mampu memahami hal tersebut, yang pastinya dengan terus berusaha dan berdoa ya.
          Oke. Keep your smile and your spirit. Try to the best. And, Saikuo Ka Yo, kalian semua luar biasa.

Sabtu, 11 Maret 2017

Surat Dari Seorang Sahabat Teruntuk Sahabat Yang Dicintainya

Mau sedikit share nih, tentang pelajaran Mahfuzhot sewaktu di pondok dahulu (baru jadi alumni 1 tahun 10bulan sih.. hehe). Salah satunya ini nih, surat dari seorang sahabat teruntuk sahabatnya yang paling ia cintai. Kuy, simak-baca-hafalin ya haha.. Kita artikan perparagraf ya, biar paham.

رِسَـالَةُ كَتَبَـتْهَا بَاحِثَةُ البَـادِيَةِ   المتوفى سنة 37 ه
Surat yang ditulis Baahitsah Baadiyah (wafat tahun 37H)
مِنْ رَمْلِ الإِسْكَنـْدَرِيَّةِ لِصَدِيْقَةٍ لــهَاَ
Dari pesisir Alexandria teruntuk sahabatnya
عَزِيـْزَتيِ السَيــِّدَةُ بَلْسَم:
:Yang kusayangi Sayyidah Balsam
أُحَيِّيْكَ  لَوْلاَ بُرُوْدَةُ البَحْرِ لاَلْتَهَبْتُ إِلَيْكِ شَوْقًا وَلَوْلاَ تَصَبُّرِي لَطِرْتُ إِلَيْكِ حُبًّا, وَإِنيِّ لَمْ يُنْسِنِي صَفَاءُ السَمَاءِ صَفَاءَ وُدُّكِ, وَلاَرِقَّةُ النَسِيْمِ رِقَّةَ حَدِيْثِكِ, أَنَّهُ شَجاَنيِ وَذَكَرَنيِ وَلَمْ أَكُنْ ناَسِيَةً.
Kukabarkan kepadamu, jikalau bukan karena dinginnya lautan niscaya aku terbakar oleh kerinduanku padamu yang menggebu, dan jikalau bukan karena kesabaranku niscaya aku akan terbang membawa kecintaanku padamu. Dan sesungguhnya aku tidak mampu memungkiri jernihnya langit tak sejernih cintamu, dan sejuknya hembusan angin tak sesejuk perkataanmu. Sesungguhnya itu tampak nyata bagiku, kuingat dan takkan terlupakan.
حَبِيْبَـتيِ:
لَيْتَكِ مَعيِ تَرَيْنَ الطَبِيْعَةَ بجَِمَاِلهَا تَرَيْنَ البَحْرَ يَزْخَرُ كَالرَعْدِ, وَالأَمْواَجَ تَتَلاَطَمُ زَرَافَاتٍ وَوِحْدَانًا, صَفَاءٌ فيِ البَحْرِ وَصَفَاءٌ فِي السَّمَاءِ كَأَنَّهَا قَلْبُنَا, تَسْمَعِيْنَ تَغْرِيْدَ الطُّيُوْرِ وَحَفِيْفََ الأَشْجَاِر إِنَّهاَ لَعَمْرُكِ مَناظِرُ تُلْهيِ المَرْءَ, وَلَكْنَّ هَيْهَاتَ لِمَيْليِ أَنْ تَلْهُو وَهِيَ تَعْلَمُ مَايُكِنُّهُ الدَهْرُ وَماَيُخْبِئُهُ اللَّيْلُ وَالنَّهاَرِ. تَقَبَّليِ مِنِّي أَحَرَّ قُبُلاَتِي وَأَوْفَرَ أَشْوَاقِي.
Kekasihku:
Andai kau bersamaku, menyaksikan alam dengan segenap pesonanya, menatap lautan begemuruh bak halilintar, melihat ombak saling beradu terjang. Jernihnya lautan dan jernihnya langit, laksana hati kita berdua. Andai kau disini, mendengarkan kicauan burung-burung dan lambaian pepohonan. Sungguh, semua itu adalah pemandangan yang memesona manusia, tapi tak demikian dengan hatiku. Karena dia tahu apa yang dirahasiakan waktu dan apa yang tersembunyi dibalik malam dan siang. Terimalah kecupan manis dariku dan segenap rasa rinduku.

Kamis, 02 Maret 2017

DILEMA BEASISWA DAN KETIDAKMAMPUAN

Mungkin kita pernah mendengar ucapan dari beberapa guru di SMA, saat memasuki masa-masa terakhir di sekolah. “Kalau kalian nanti mau melanjutkan kuliah, jangan khawatirkan biaya kuliahnya. Yang penting kalian belajar yang baik, kalau dapat nilai bagus, kalian bisa ambil beasiswa di tempat kuliah nanti.” Kurang lebih, seperti itu perkataan beberapa guru terdahulu. Namun, muncul masalah baru setelah kuliah berjalan dua sampai tiga semester, ternyata kebanyakan beasiswa diberikan kepada orang yang tidak mampu dengan memperlihatan SKTM dari RT/RW ataupun Kelurahan.
Masalah selanjutnya adalah kriteria tidak mampunya itu seperti? Apakah yang menjadi tolak ukur sehingga suatu keluarga dinyatakan tidak mampu? Sampai sekarang itu masih jadi pertanyaan bagi banyak orang. Lalu, mengapa sebagian besar beasiswa di hampir seluruh universitas di Indonesia, penekanannya harus melampirkan “surat keterangan miskin/tidak mampu” sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi?  Mengapa penekanannya tidak lebih mengarah ke “berprestasi” atau “aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat”?
Sayangnya, pengertian dari ‘surat keterangan miskin/tidak mampu’ itu masih ambigu, belum jelas makna sebenarnya. Seseorang atau keluarga yang dikatakan tidak mampu itu sebenarnya seperti apa? Apakah yang mempunyai sepeda motor, bisa makan tiga kali sehari, punya gadget bagus, itu masih dikategorikan ‘tidak mampu’? Ataukah, keluarga yang kekurangan dalam segi ekonomi dikarenakan anggota keluarganya banyak atau kepala keluarganya sudah tiada, terlepas apakah mereka bisa makan tiga kali sehari, punya gadget bagus dan punya motor? Atau keluarga yang punya banyak hutang sekalipun rumahnya besar, dapat dikatakan tidak mampu? Lantas apa definisi dari mampu, kurang mampu atau tidak mampu itu sendiri? Saya rasa kata “kurang mampu” di sini, masih perlu dikaji ulang.
Menurut saya, persyaratan beasiswa “tidak mampu” itu memiliki beberapa kelemahan.
Pertama, persyaratan beasiswa semacam ini bisa disalahgunakan bagi orang-orang yang sebenarnya ‘mampu’ dari segi finansial. Memang bukan salah dari penyelenggara beasiswanya, tapi salah yang menyalahgunakannya. Tapi bagaimanapun juga itu terjadi karena ada kesempatan. Terlebih, pada umumnya persyaratan pengajuan beasiswa hanya melampirkan nilai IPK/IPS terakhir dan SKTM saja. Nah, karena hal sesimpel itulah bisa dilakukan oleh siapa saja. Akhirnya, ada sebagian mahasiswa yang memanfaatkannya untuk mendapatkan beasiswa tersebut, yang digunakan untuk kepentingan pribadi (bukan keperluan pendidikan si penerima beasiswa), sedangkan pembayaran semester mahasiswa tersebut masih dibebankan kepada orangtuanya. Untuk nyicil motor bisa, beli gadget berharga mahal bisa, beli pulsa modem sebulan sekali bisa, beli rokok bisa, bayar uang kos bisa, lalu mengapa hanya demi mengurangi biaya kuliah atau hanya demi mendapatkan uang tahunan, malah mengajukan beasiswa yang penekanannya bagi “orang kurang mampu”? Ironisnya, tidak sedikit orang mampu yang berlagak kurang mampu, mendaftar beasiswa seperti ini. Dan mereka yang lolos justru bangga. Bangga karena lolos beasiswa dengan mengaku-ngaku kurang mampu?
Pernah suatu kali saya membaca tentang pengumuman beasiswa dari sebuah lembaga Provinsi yang mensyaratkan SKTM dan sebagian besar teman saya ikut mendaftar. Namun ada beberapa teman saya yang tidak ikut seperti yang lainnya. Ketika saya bertanya kepada seorang teman, mengapa ia tidak ikut mengambil beasiswa tersebut, ia menjawab, “Kata orang tua Nda (samaran), kalau kita ikut padahal kita mampu, itu sama saja dengan mendo’akan kalau kita memang orang yang kurang mampu. Lagipula, orang tua Nda masih mampu kok buat biayain Nda kuliah, walaupun kadang pas-pasan juga.” Dari jawaban tersebut, menurutnya, bahwa orang yang sebenarnya mampu namun mengikuti beasiswa yang penekanannya harus melampirkan SKTM, mendoakan dirinya sendiri agar menjadi tidak mampu pula. Bukankah beasiswa semacam itu lebih berhak diterima oleh orang yang benar-benar kurang mampu?
Jika kita mengkaji ulang, beasiswa itu sejatinya adalah apresiasi atau hadiah yang diberikan oleh suatu pihak/lembaga/individu kepada orang yang memang "pantas" untuk mendapatkannya, bukan karena masalah keuangan. Tapi kenyataannya, mayoritas mahasiswa atau masyrakat lebih sering mengartikan beasiswa sebagai bantuan keuangan kepada yang kurang mampu, bukan apresiasi/hadiah atas suatu prestasi yang telah tercapai.
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti ingin mendapat beasiswa, begitupun saya pribadi. Tapi, jika penekanannya lebih kepada "tidak mampu" hingga menyertakan "SKTM", saya lebih memilih untuk tidak berpartisipasi dan akan menunggu beasiswa yang penekanannya pada "keaktifan" atau "prestasi". Saya sependapat dengan apa yang dikatakan oleh teman saya tersebut. Alhamdulillah, meskipun saya tidak lahir di keluarga yang kaya, tapi orang tua saya masih mampu bekerja untuk kepentingan pendidikan anak-anaknya, seperti saya yang sedang mengambil S-1 Jurusan Pendidikan Matematika, adik saya yang akan masuk kuliah pada tahun akademik nanti, dan si bungsu yang masih SD. Walaupun terkadang saya sendiri merasa untuk kegiatan pergi-pulang ke kampus masih sangatlah minim, namun saya bersyukur karena kami masih bisa mengenyam pendidikan hingga sekarang.
Kembali lagi kepada permasalahan yang ada, mahasiswa seringkali mencari beasiswa untuk melancarkan perkuliahannya. Institusi atau pihak kampus biasanya mendapatkan beberapa program beasiswa, ada beasiswa gakin (beasiswa untuk orang yang kurang mampu secara materi), beasiswa prestasi (berdasarkan nilai IPK), dan beasiswa-beasiswa program pemerintah dari luar kampus, misalnya Bank Indonesia. Persyaratan dalam penerimaan beasiswa ini seringkali dimintai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), surat ini didapat berdasar survey dari RT, RW, Kelurahan dimana mahasiswa tersebut bertempat tinggal. Beasiswa tanpa persyaratan SKTM biasanya diberikan oleh pihak perusahaan swasta.
Beasiswa yang ditawarkan oleh sebuah institusi seringkali meminta surat SKTM. Sehingga mahasiswa yang ingin memperoleh beasiswa berdasarkan murni dari kecerdasaannya merasa kecewa, apalagi jika secara materil, orangtuanya mampu menghidupinya bahkan lebih dari biaya kuliah. Tidaklah etis ketika sebuah keluarga yang mapan meminta SKTM ke Kelurahan. Namun dilain sisi, mahasiswa yang membutuhkan uang untuk kebutuhan pribadinya ingin sekali mendapatkan beasiswa tersebut. Hingga akhirnya, ia berusaha meminta SKTM itu pada perangkat desanya. Melihat persyaratan beasiswa disertai dengan SKTM, perlulah kita renungkan kembali, apakah benar pemilik SKTM itu adalah orang yang kurang mampu? Secara individu, mahasiswa memanglah kurang mampu, karena mahasiswa bergantung pada orangtuanya (kecuali mahasiswa mandiri, yang menghidupi dirinya sendiri). Jika ternyata pemilik SKTM tidak hanya dari kalangan kurang mampu, lalu bagaimana nasib mereka yang kurang mampu? Misalkan ada mahasiswa mampu (dari segi ekonomi keluarganya) namun memang benar-benar memiliki IPK tinggi meminta SKTM pada perangkat desanya, maka secara tidak langsung, ia melakukan tindakan perendahan diri dan keluarganya. Sehingga secara tidak langsung pula, mahasiswa tersebut diajarkan dan dididik untuk bersikap ‘meminta’ dan ‘merasa kurang’.


Beasiswa “untuk yang tidak mampu” seharusnya diperuntukkan bagi mahasiswa tidak mampu, yang secara ekonomi kesulitan untuk membiayai kehidupannya. Bila yang terjadi di lapangan adalah mahasiswa mampu menerima beasiswa, maka lain cerita. Lalu bagaimana pihak akademik menanggapi hal ini? Pada akhirnya, merasa mampu atau tidak mampu itu bukanlah sebatas hal finansial, melainkan juga dari segi mental. Sedangkan korban dari permasalahan ini adalah keluarga dengan ekonomi menengah. Kaya tidak, miskin pun tidak, untuk membayar kuliah tetap saja susah.

Tanjungpinang, 17 Jan 2017
Oleh: Raio Achan